Sabtu, 14 Januari 2017

TENTANG PESANTREN




Pondok Pesantren Al-Qur’an Raudlotul Huffadh Kudus terletak di kabupaten Kudus, tepatnya di Jalan Kudus-Purwodadi Km. 15, Kalirejo RT.001/RW. 001, Undaan, Kudus. Pondok ini berjenis kombinasi, artinya terdiri dari santri putra dan putri.
Pondok Pesantren Al-Qur’an Raudlotul Huffadh merupakan pondok yang fokus pada hafalan al-Qur’an, dimana porsi mengaji dan setoran al-Qur’an lebih banyak daripada kajian literatur pesantren. Adapun santri putra-putri terdiri para pelajar yang berasal dari luar daerah. Pondok Pesantren Al-Qur’an Raudlotul Huffadh Kudus merupakan salah satu dari beberapa pondok pesantren yang ada di kabupaten Kudus. Pondok ini didirikan oleh beliau KH. Masayih, AH dan Ibu Nyai Hj. Raudlotul Jannah, AH. Pesantren yang berdiri ditengah-tengah masyarakat ini memfokuskan pada hafalan al-Qur’an disamping ilmu-ilmu agama lain.
Sejarah singkat dan latar belakang berdirinya pesantren ini bermula dari keinginan beliau KH. Masayih, AH untuk berdakwah dan mendirikan pesantren di Desa Kalirejo, Undaan, Kudus. Pada tahun 1987 M beliau dengan hanya bermodalkan hafalan al-Qur’an berangkat menuju desa Glagah Waru ke Desa Kalirejo bapak yang juga warga Nahdlotul Ulama ini yang pertama kali dilakukan adalah mendirikan tempat tinggal di daerah yang terletak di jalan Kudus-Purwodadi, Desa Kalirejo RT.001/001, Undaan, Kudus ini lah yang nantinya beliau memulai perjuangannya mendirikan pesantren dengan didampingi istri beliau Nyai Hj. Raudlotul Jannah, AH dengan nama pesantren yang sudah difikirkan beliau yaitu Pondok Pesantren Al-Qur'an Raudlotul Huffadh Kalirejo Undaan Kudus yang berdiri hingga pada saat ini.

Salah satu yang menjadi fokus beliau adalah penghafalan al-Qur’an dengan berbagai metodenya. Adapun metode yang digunakan dan dikembangkan beliau ini terdiri dari berbagai macam. Pertama, Istiqomah dalam menghafal dalam arti santri harus mampu menyediakan waktu tertentu untuk bercumbu dengan al-Qur’an atau dalam istilah lain yaitu muroja’ah (mengulang-ulang hafalan), serta beristiqomah dalam menambah hafalan. Kedua, ketelitian terhadap bacaan waqaf (tempat berhenti baca) dan tajwid. Beliau akan menyalahkan bacaan santri apabila dia salah dalam mewaqafkan bcaannya serta keliru dalam melafalkan tajwid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar